KOMIK BIENNALE JOGJA XII-DAGINGTUMBUH AWARD
cover the da'i


tema Perjumpaan Arab-Indonesia


Interaksi antara Indonesia dan negara-negara Arab sudah berlangsung sejak abad ke-7 ketika jalur pelayaran internasional yang ramai melalui Selat Malaka terbentuk. Jalur tersebut menghubungkan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda (antara lain Cina, Sriwijaya dan Banni Ummayah). Penyebaran kebudayaan Arab dan Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa sejarah persentuhan masyarakat lokal dengan Islam, melalui kebudayaan Arab pada masa itu, melatari terbentuknya Indonesia—negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia saat ini.
Sekarang, isu-isu hubungan Indonesia dan negara-negara Arab menjadi semakin penting didiskusikan. Dalam konteks kebudayaan global, perkembangan seni rupa kontemporer di Arab dan Asia Tenggara justru menjadi faktor yang paling menonjol untuk dijadikan sebagai motif pembangunan hubungan yang lebih erat dan mendalam di antara kedua kawasan tersebut. Kedua kawasan tersebut bukanlah bagian dari wilayah arus utama seni rupa modern yang berpusat di Eropa dan Amerika. Menyusul perubahan-perubahan ekonomi dan politik global, muncul kesadaran baru di antara para pelaku seni wilayah-wilayah non-pusat, termasuk Asia-Pasifik dan Arab, untuk melakukan inisiatif-inisiatif dalam bentuk kegiatan pameran internasional, art fair, dan program-program residensi seniman yang pada akhirnya membentuk topografi baru seni rupa internasional. Seni rupa kontemporer di Indonesia dan negara-negara Arab memiliki potensi sebagai suatu kategori baru yang menyela stereotip—misalnya ‘seni rupa dari negara-negara Islam’—yang selama ini dihasilkan oleh sistem representasi dominan yang berlaku dalam medan seni rupa global.
Sejak 2000-an, penyelenggaraan pameran-pameran berskala internasional, baik di Indonesia maupun negara-negara Arab, tidak lagi sekadar upaya mandiri untuk membangun sarana-sarana baru bagi pertumbuhan medan seni rupa lokal. Pameran-pameran tersebut harus dilihat sebagai salah satu strategi untuk melakukan negosiasi identitas di tengah dinamika dan kompleksitas medan seni rupa global. BJ (di Indonesia) dan sejumlah kegiatan besar seperti Art Dubai dan Biennale Sarjah (di kawasan Arab, seperti Mesir, Uni Emirat Arab, Dubai dan Qatar) adalah upaya yang sangat penting untuk mendefinisikan kelokalan masing-masing kawasan di tengah masih maraknya pameran-pameran internasional di Eropa dan Amerika. Inisiatif-inisiatif itu harus dipahami sebagai modal yang sudah cukup kuat di tingkat lokal. Mereka harus dikembangkan menjadi program-program yang lebih konkrit yang dapat mempertemukan seni rupa dari kedua kawasan itu dengan lebih intens dan mendalam. BJ XII Equator #2 adalah sarana menuju cita-cita itu.
instagram : das__vegg
twitter : @ariordidik